asarpua.com

Telusur Budidaya Pohon Aren Brahmana di Sibolangit

Oleh: Ir Jonathan Tarigan

Ternyata tidak banyak orang mengenal lika-liku budidaya pohon aren. Sejatinya pohon aren/enau adalah tanaman hutan, namun telah mulai dibudidayakan. Pohon aren baru menghasilkan air nira pada usia tanam 12 tahun. Cukup lama juga.

Antara satu pohon aren dengan pohon aren lainnya tidak selamanya bahkan lebih sering menghasilkan rasa nira yang berbeda rasa manisnya. Kalau batang buah kolang-kalingnya dipotong atau ditebas maka air nira yang dihasilkan pohon aren akan kehilangan rasa manisnya. Tampaknya gugus buah kolang kaling dari pohon aren bertindak mengolah kadar gula bagi pohon aren tersebut.

Pohon aren memberi manfaat yang cukup banyak bagi manusia. Bagi masyarakat etnis Karo pohon aren bisa dikatakan ‘pohon adat’ karena memiliki kaitan dengan kehidupan keseharian masyarakat Karo. Sebutlah misalnya, ijuk nya dimanfaatkan untuk atap Rumah Adat Karo, batangnya yang disebut ‘panggoh’ dapat digunakan sebagai pipa pancuran air seperti misalnya di desa Juhar Kabupaten Karo ada ‘Pancur Panggoh’ air yang mengalir dan tumpah sangat besar volumenya, ‘lambe’ (daun aren) yaitu hiasan pada acara ‘mengket rumah’ (rumah baru) perayaan/pesta-pesta di desa selalu menggunakan batang dan daun dari pohon aren, dan dalam acara nujuh bulanan , ibu hamil dihidangkan air nira yang manis dan segar (lau pola ntebu).

Mengambil air nira dilakukan dengan memanjat ke puncak pohon dengan menggunakan tangga. Air nira yang baru diturunkan dari puncak pohon dan dimasukkan ke dalam ‘tongkap’ (tabung bambu) air nira rasanya manis dan seger.

Seain diminum air nira yang dimasak, menjadi gula merah yang bisa diimprovisasi menjadi penganan-penganan yang wuenak seperti gula tualah (gula kelapa), gula jahe, air nira yang difermentasi menjadi tuak yg memabukkan karena mengandung alkohol dan dengan pengolahan/introducing technology bisa dihasilkan ethanol-semacam bahan bakar.

Pokoknya banyaklah manfaat dari pohon aren ini. Untuk itulah sore tadi kami mengunjungi Pak Sobiran Brahmana ‘suhu’ tentang lika-liku per-arenan di Sibolangit Deliserdang Sumatera Utara (Sumut) guna menimba pengetahuan untuk diramu sebagai ‘dayatarik wisata’ seperti wisata pembuatan keju di Belanda (antara Amsterdam – Polendam).

“Ciri ciri calon sadapan yg sempurna, yaitu tangkai bunga hampir 3 meter, daun muda berminyak, bonggol bunga kembang dan besar kokoh, Sadapan tangan pertama dulu 30 liter perhari, mudah mudahan tetap bertahan sadapan yang kedua,” kata Sobiran Brahmana.

Saat ini Sobiran Brahmana menjadi pemasok air nira dan gula aren di beberapa wilayah Kota Medan dan Deliserdang. (Asarpua)

Penulis adalah Ahli Geologi dan Pengamat Pariwisata Sumut

Related News

Bahrumsyah: Honor 427 Operator Sekolah Dianggarkan 2020

Redaksi

Porwil V 2019, Medan Tembung Dominasi Cabor Anggar

Redaksi

Gubsu Lakukan Ini untuk Pembangunan LRT Mebidangro

Redaksi