ASARPUA.com – Medan – Tak semua hal yang kita lakukan akan berjalan lancar. Selalu ada kendala. Hal itu juga dirasakan para atlet Sumut yang tengah berlatih menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di rumah sendiri.
Salah satunya dihadapi tim Squash Sumatera Utara (Sumut). Setidaknya ada dua hal yang jadi kendala jelang pertandingan squash PON pada 8 September mendatang. Pertama, soal perlengkapan tanding yang tak kunjung diberikan oleh pemerintah melalui KONI Sumut. Kedua, soal venue pertandingan PON yang hingga kini belum juga kelar.
“Perlengkapan sampai saat ini belum jelas dan untuk venue pertandingan juga belum selesai,” ungkap Sekretaris Umum Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Squash Indonesia (PSI) Sumatera Utara, Amansyah, kemarin.
Kendala tersebut, jelas Amansyah, tentu berpengaruh pada persiapan atlet. Khususnya masalah venue yang membuat para atlet hingga kini belum punya kesempatan untuk beradaptasi dengan lapangan. Padahal sebagai tuan rumah, tentu punya kesempatan yang lebih banyak untuk uji lapangan.
Namun di luar kendala itu, Amansyah menegaskan kondisi para atlet baik mental maupun fisik cukup baik.
“Di luar (kendala) itu semua masih bisa berjalan dengan baik,” tegas Amansyah yang juga menangani tim bersama Rusli.
Amansyah dan Rusli, yang merupakan alumni atlet squash PON Sumut yang tampil pada edisi 1996 dan PON 2000 di Surabaya, telah mempersembahkan dua medali perunggu. Kini, mereka berharap dapat mengulang prestasi tersebut dengan membawa pulang medali emas pada PON 2024.
Untuk PON 2024, target mereka adalah dua medali emas di beregu campuran dan ganda campuran.
Delapan Atlet
Tim squash PON 2024 Sumut terdiri dari delapan atlet. Tiga di antaranya saat ini berlatih di Malaysia.
Ke-delapan atlet itu terdiri dari enam putra dan dua putri. Mereka adalah Eri Setiawan, M. Wahyu Hidayah Nasution (latihan di Malaysia), Agung Setiawan, Jeri Sinurat, M. Syahrul, M. Fahrezi. Sementara itu untuk putri ada Fadhillah Aulia (latihan di Malaysia), dan Nathalia Natasya.
Dalam keterangannya pada bulan Juli 2024 lalu, Amansyah mengungkap kalau para atlet kini tidak lagi fokus latihan fisik.
Sejak dua bulan jelang PON, hanya 30 persen latihan fisik, selebihnya mengasah teknik.
“Teknik itu yang kami poles, kemudian pemantapannya itu latihan game-game seperti ini, mana yang kurang terus kita evaluasi, kita perbaiki,” ujarnya.
Amansyah juga menegaskan para atletnya tidak lagi melakukan try out atau uji tanding. Sementara 3 atlet yang berlatih di Malaysia akan bergabung di Medan pada 3 September mendatang.
Amansyah mengakui bahwa squash di Indonesia, termasuk di Sumut, masih menghadapi tantangan minimnya kompetisi dan fasilitas.
“Di Sumut cuma yang ada (fasilitas squash) di Cemara Hijau, kondisi yang ada kita maksimalkan. Delapan atlet kalau latihan semua di sini frekuensi latihan berkurang. Makanya semampu kami, yang bisa, kami kirim ke luar (Malaysia). Kami ikutkan gabung dengan latihan, kita ikut gabung dengan pelatih di sana,” tuturnya.
Amansyah pun menjelaskan bahwa tiga atlet mereka berlatih di Sports Centre atau Komplek Sukan di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, wilayah yang memiliki atlet squash terbaik tidak hanya di Asia, bahkan dunia.
“Di Malaysia itu untuk tingkat Asia Tenggara bahkan Asia, Malaysia termasuk negara dengan squash yang terkuat. Beberapa kali SEA Games itu Malaysia tetap mendapatkan medali emasnya. Ada juga pemain Malaysia itu sudah berada di rangking dunia, bahkan 8 kali juara dunia di kategori putri dari Malaysia. Atlet-atlet Malaysia sudah ke profesional, bermain di kejuaraan dunia. Asia Tenggara ini ibaratnya Malaysia ‘kiblat’ squash,” pungkasnya. (Asarpua).