ASARPUA.com – Medan – Universitas Sumatera Utara (USU) menargetkan semua program studi mengikuti akreditasi internasional . Bahkan, sesuai visi USU tahun 2039 mendatang, USU menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global.
Hal ini sesuai harapan Kementerian riset teknologi dan pendidikan tinggi (Kemenrisetdikti) yang mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk memiliki daya saing global, agar dapat masuk dalam pemeringkatan perguruan tinggi dunia (world university ranking).
Hal itu dikatakan Rektor USU Prof Runtung Sitepu pada hari puncak Dies Natalis USU yang ke 67 tahun di Auditorium USU, Selasa (24/09/2019).
Turut hadir pada acara puncak, Dr Ir Nurdin Tampubolon, Ketua Majelis Wali Amanat USU Drs Panusunan Pasaribu, Sekdaprovsu Sabrina dan jajaran rektorat USU serta civitas akademik.
Prof Runtung menyebutkan, sejak tahun 2016, sebanyak 8 prodi telah mengikuti sertifikasi internasional ISO 9001-2015 dan 5 diantaranya memperoleh kategori gold dan tiga lainnya silver.
“Tahun 2019 ini, 2 prodi telah memperoleh akreditasi internasional dari Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE), dan 12 prodi sedang dipersiapkan untuk mengikuti akreditasi internasional masing-masing 10 untuk Accreditation Service fot International Schools, college and Universities (ASIC) dan 2 untuk ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA),” ungkapnya.
Menurutnya , meskipun USU mengalami banyak kemajuan, namun USU tidak boleh lalai dengan keberhasilan. Karena, cita-cita USU adalah berkembang menuju World Class University.
“Dan, itu harus direalisasikan secara bertahap. Kita perlu melihat sejauhmana capaian tahapan desain 5 tahun pertama (2015-2019) yakni “USU menjadi universitas nasional terkemuka dengan akreditasi tertinggi dan merintis pengakuan internasional,”katanya.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Dr Ir Nurdin Tampubolon pada orasi ilmiahnya memaparkan tentang ‘Peran industry kelapa sawit dalam perekonomian nasional dan memandirikan masyarakat melalui peningkatan daya saing di pasar global’.
“Saya mengambil topik ini, karena USU berada pada daerah sekitar perkebunan sawit yang luas dan perlu ikut meningkatkan daya saing industri sawit di Indonesia. Apalagi, minyak sawit ini dihasilkan dari buah kelapa sawit yang telah menjadi komoditas utama pertanian global dan menjadi penggerak perekonomian Negara-negara produsennya, termasuk Indonesia,” katanya.
Disebutkannya, dari data Internatinal Tarde Center (ITC) menunjukkan bahwa pada tahun 2012-2016, rata-rata nilai ekspor minyak sawit dan fraksinya dari Indonesia ke seluruh Negara di dunia mencapai 10% dar total nilai ekspor seluruh produknya. Komoditi ini bahkan menjadi basis penting bagi ekonomi lokal, baik sebagai komoditi ekspor maupun bahan baku industri lokal.
“Bank dunia juga memandang kelapa sawit sebagai salah satu komoditi yang dapat memainkan peran penting dalam memajukan pembangunan ekonomi di negara-negara tersebut, menjamin standar hidup layak bagi petani di pedesaan dan berkontribusi pada ketahanan pangan global jika pemerintah mampu menangani resiko lingkungan, sosial dan ekonomi,” katanya.
Sementara itu Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Prof Dr Ismunandar mengatakan agar mampu kreatif dan inovatif menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di era 4.0, maka USU harus merespon dengan cepat perubahan- perubahan yang terjadi di era 4.0 untuk memenangkan kompetisi.
“Fakultas dan program studi harus tanggap terhadap tantangan dan peluang yang terjadi serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan industri, ” katanya.
Selanjutnya, mengembangkan kapasitas literasi baru yang diarahkan dapat menunjang sistem pembelajaran agar para lulusan semakin kompetitif dengan perubahan zaman sekaligus tetap dalam koridor peningkatan daya saing SDM bangsa.(as-14)