ASARPUA.com – Medan – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) terus memperdayakan kesadaran pentingnya menabung kepada masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan oleh OJK, indeks literasi keuangan pada tahun 2016 meningkat menjadi 29,7% dari angka 21,8% di tahun 2013. Sementara, dari sisi tingkat penggunaan produk dan/atau layanan jasa keuangan, tercatat indeks inklusi keuangan di tahun 2016 yang meningkat menjadi 67,8% dari angka 59,7% di tahun 2013.
Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2018 kali ini dihelat dengan tema ‘Semua Inklusi, Perlindungan Pasti’. Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Khususnya terhadap produk dan layanan jasa keuangan.
Kita juga berharap ini membuka akses keuangan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Asuransi, Pembiayaan, Pegadaian dan Dana Pensiun,” paparnya dalam FinExpo & Sundown Run 2018 di Epicentrum Walk, Jakarta, Sabtu (27/10/2018).
Dalam melakukan komitmen literasi keuangan, pada Bulan Inklusi tahun ini OJK dan PUJK meluncurkan empat program inklusi dan perlindungan konsumen.
Pertama, Kampanye Simpanan Pelajar (SimPel dan SimPel iB) Goes to School. Ini merupakan kampanye atas roduk tabungan bagi siswa. Tujuannya adalah mendorong budaya menabung sejak dini, dalam rangka peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
Kemudian, Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda). Tabungan ini lebih menyasar kelompok usia 18-30 tahun. Dilengkapi dengan fitur asuransi dan produk investasi yang ditawarkan oleh perbankan di Indonesia.
Program lainnya adalah Reksa Dana Syariahku (SAKU). Program investasi syariah untuk pelajar dan mahasiswa yang bersifat massal. (as-sembiring)