ASARPUA.com Medan – Tujuh hari sudah pameran Satu Abad Surat Kabar Sumatera Utara (Sumut) digelar di Lobi Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30, Medan. Selama pameran dilangsungkan sejak (06/02/2019) dan berakhir, Selasa (12/02/2019).
“Animo masyarakat untuk berkunjung melihat pameran ini cukup tinggi. Selama tujuh hari digelar, rata-rata per hari pengunjung yang datang bisa sampai 200 orang lebih. Oleh karena itulah, ke depan Pemprovsu berniat untuk tetap melestarikan koran kuno di Sumut ini dan menjadikannya sebagai potensi pariwisata sejarah,” ujar Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Ilyas Sitorus, Selasa (12/02/2019).
Apalagi pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai daerah dan lintas profesi, mulai dari mahasiswa, pegawai, siswa sekolah, guru, pemerhati pers, sejarawan, organisasi pers, staf ahli kepresidenan, bahkan pameran ini juga dihadiri oleh wisatawan asing dan kepala daerah seperti Walikota Medan Dzulmi Eldin serta Bupati Palas Ali Sutan Harahap.
Meskipun pameran di lobi kantor Gubsu sudah ditutup, namun Pemprovsu akan tetap menyelamatkan bukti otentik peninggalan sejarah di Sumut dan melanjutkan pameran tersebut. Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah sudah berencana akan memanfaatkan Museum Negeri Sumatera Utara di Jalan HM Joni, Medan sebagai tempat untuk memamerkan koleksi dari koran asli yang berasal dari tahun 1880 hingga 1942. Pemprovsu akan membenahi apa yang perlu dibenahi agar banyak pengunjung yang datang dan bisa mempelajari sejarah dan budaya Sumut.
Pameran yang digelar Pemprovsu melalui Biro Humas dan Keprotokolan dengan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, serta Rumah Sejarah Medan ini, cukup mencuri perhatian masyarakat dari Labuhan Batu. Jarak tempuh 282 Km pun tidak menyurutkan langkah mereka untuk melihat koleksi koran kuno.
Diketahui, “Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumatera Utara” digelar mulai 6-12 Februari 2019. Antara lain memamerkan surat kabar yang terbit di Sumut selama periode tahun 1880 hingga 1942. Diantaranya, tiga koran perempuan, yang dinilai sebagai pelopor koran perempuan pertama di Indonesia. Yaitu, Perempuan Bergerak (Medan, 1919), Soeara Iboe (Sibolga, 1932), Boroe Tapanoeli (Kotanopan, 1940).
Ada juga koran pertama di Indonesia yang menggunakan kata ‘Merdeka’ sebagai namanya yakni ‘Benih Merdeka’. Serta 3 koran dan majalah perjuangan pada masa pendudukan Sekutu atau Belanda (1945-1949). Yaitu, Soeloeh Merdeka, Mimbar Oemoem, Waspada. Dua diantaranya yakni Mimbar Umum dan Waspada bahkan masih terbit hingga kini. (as-01)