Terkait kondisi keuangan, menurut Wong, bukan defisit melainkan mis management. “Kalau kita orang marketing, ini namanya mis managemet, karena tidak mampu mengelola keuangan. Bayangkan, beberapa kali pergantian Dirut terus defisit,” katanya.
Senada dengan itu, Dhiyaul Hayati, juga meminta masalah pelayanan harus menjadi perhatian serius RS Pirngadi, termasuk juga sarana dan prasarana rumah sakit. Sebab, hal itu menjadi salah satu tolak ukur masyarakat untuk berobat ke RS Pirngadi.
“Dulu sebelum ada RS Swasta, RS Pirngadi menjadi idola, tapi sekarang telah beralih ke RS Swasta. Bagaimana kita mau bersaing, kalau pelayanan serta sarana dan prasarana kesehatan yang kita miliki masih belum baik,” kata Dhiyaul.
Sementara, Afif Abdillah, menyarankan agar RS Pirngadi melakukan promosi kesehatan, sehingga tetap menjadi rujukan bagi masyarakat Kota Medan untuk tetap berobat ke rumah sakit milik Pemko Medan ini.
Sedangkan, Sudari, terkait born RS Pirngadi apakah sudah sesuai dengan standar Kementrian Kesehatan.
Menjawab berbagai pertanyaan dan saran dewan, Wakil Direktur RS Pirngadi, dr Rushakim, mengucapkan terima kasih atas saran dan masukan dari dewan. “Kami terus berupaya meningkatkan pelayanan, sehingga masyarakat mau datang berobat ke RS milik Pemko Medan ini,” katanya.
Terkait dengan born standar, Rushakim, mengakui RS Pirngadi masih dibawah standar Kemenkes. “Kalau Kemenkes itu standarnya 60-80 persen, sementara RS Pirngadi masih 40 persen,” ujarnya.
Rushakim juga menyampaikan, salah satu langkah yang dilakukan pihaknya dalam meningkatkan kunjungan kesehatan ke RS Pirngadi adalah dengan menurunkan tim ke Puskesmas-Puskesmas dan RS Swasta menawarkan pelayanan kesehatan, agar masyarakat datang berobat ke RS Pirngadi.
“Salah satu caranya, itu yang kami lakukan,” kata Rushakim seraya meminta dewan agar membuat Perda yang nantinya menjadi payung hukum soal rujukan dari Puskesmas bisa langsung berobat ke RS Pirngadi. (as-01)