asarpua.com

Geopark dan Salah Kaprah Itu

Catatan: Ir Jonathan Tarigan

Banyak orang salah paham dan salah kaprah tentang Geopark. Ada orang bilang : jika Geopark Kaldera Toba itu disahkan dan masuk ke dalam jaringan Heopark Global dari Unesco maka akan ada kucuran dana triliunan rupiah.

Ada juga yang bilang kalau Geopark Kaldera Toba itu masuk Global Geopark Network (GGN) Unesco maka kunjungan wisatawan akan membeludak.

Saya nyatakan, yang dibilang-bilang orang itu sama sekali tidak benar.

Mari pahami dulu apa itu Geopark agar tidak salah paham. Geopark secara hurufiah terjemahannya Taman Bumi. Geopark dicetuskan oleh para ilmuwan Eropa berbasis ke-bumi-an (earth scientists ) sebagai upaya untuk melestarikan bumi yang mereka tatap semakin hari semakin rusak. Oleh karena itu mereka ajukan ke Unesco sebuah pendekatan berbasis ilmu kebumian untuk melestarikan atau sekurang-kurangnya menahan laju kerusakan bumi.

Sebetulnya sebelumnya sudah ada lembaga dibawah PBB yang bertujuan melindungi bumi/lingkungan yaitu United Nation for Environmental Protection (UNEP). Mungkin dipandang tidak efektif. Jadilah barang itu, Geopark, dalam rangka pelestarian (konservasi) bumi.

Tentu saja upaya pelestarian itu tapak per tapak. Lantas siapa yang akan melestarikan atau mengkonservasi tapak-per tapak bumi tadi ? Tentu saja masyarakat setempat yang menyadari sungguh-sungguh bahwa masyarakat itu telah mendapat manfaat ekonomi dari tapak bumi tempat mereka berdomisili melangsungkan kehidupannya.

Manfaat ekonomi yang mereka peroleh adalah dari penyelenggaraan kepariwisataan dari tapak geopark itu bukan dari sumber lain seperti menambang di tapak geopark atau sumber lain. Sekali lagi manfaat ekonomi dari penyelenggaraan kepariwisataan berbasis geopark di tapak tempat mereka melangsungkan kehidupannya.

Lantas mengapa salah kaprah ? Cermati saja sendri.
Sebab yang menjadi fokus garapan utama haruslah pemberdayaan ekonomi masyarakat di tapak-tapak geopark itu bukan “cakap kotor” yang lain. Bukan kegiatan yang lain yang tidak ada urusannya dengan pemberdayaan ekonomi pariwisata rakyat di tapak-tapak geopark itu.

Ada 3 komponen dari geopark: 1. Keanekaragaman kebumian (geodiversity) 2. Keanekaragaman budaya (cultural diversity) dan 3. Keanekaragaman hayati (biodiversity).

Untuk Toba yang paling menonjol dan layak diunggulkan adalah keanekaragaman budaya nya. Seperti apa itu? No free lunch untuk keterangan tentang itu, ha..ha..

Namun akhirnya untuk memajukan kepariwisataan KSPN Danau Toba jangan menggantungkan mimpi dan khayalan kepada sebuah “sticker” bernama Geopark GGN Unesco.

Faktanya “sticker geopark” yang ditempelkan ke geopark-geopark Batur, Gunung Sewu,Rinjani, Ciletuh dan geopark Langkawi (Malaysia) tidak meningkatkan kunjungan wisatawan.

Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan toh anda harus singsingkan lengan baju. Ndang boi mean-mean, dang boi marbada bah…

Nah kalau sudah bicara membangun ekonomi rakyat berbasis pariwisata , mau geopark, mau ecopark dan lain-lain Anda harus masuk dalam prinsip-prinsip kepariwisataan. Enggak bisa keluar dari pakem atau patron kepariwisataan. Jadi jangan salah kaprah lagi.

Penulis adalah Ahli Geologi pemerhati Pariwisata dan Sejarah

Related News

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karo Melaksanakan Pembutan Eco Enzyme

Redaksi

Diduga Lakukan Pencabulan, Parbetor Dihajar Massa

Redaksi

Bobby Nasution Mohon Dukungan Masyarakat, Sumut Tuan Rumah Juara Umum PON XXI

Redaksi