“Tanpa literasi dasar yang kuat, anak-anak akan kesulitan memahami isu-isu penting seperti perubahan iklim, ekosistem laut, dan keberlanjutan sumber daya alam,” ujar Mus dalam kegiatan di Ambon, Kamis (25/9). Ia menambahkan bahwa literasi dasar menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk memahami konteks lokal dan global secara kritis.
INOVASI berkolaborasi dengan ekosistem pendidikan, seperti Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Daerah, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK), Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, universitas, pemerintah daerah, kantor Kementerian Agama kabupaten/kota, serta komunitas, untuk mencapai tujuan tersebut.
Mus menjelaskan bahwa INOVASI adalah program kemitraan pendidikan antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Program ini bertujuan meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pada aspek literasi, numerasi, dan karakter di jenjang pendidikan dasar. Program ini menjangkau 289 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di Kota Ambon, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, dan Seram Bagian Barat. Sebanyak 1.688 tenaga pendidik dan lebih dari 32.000 murid menerima manfaat dari program ini.
INOVASI juga mendorong partisipasi aktif seluruh ekosistem pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru, murid, orang tua, hingga masyarakat. Keterlibatan ini penting dalam membangun kesadaran kolektif terhadap isu iklim dan mendorong aksi nyata di lingkungan sekolah.
Mengutip studi Hanushek & Woessmann (2012), Mus mengatakan bahwa peningkatan 10 persen pelajar dengan kemampuan membaca dasar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,3 persen.
Sementara itu, studi Lee Crawfurd (2025) mengungkapkan bahwa peningkatan satu standar deviasi dalam literasi dan numerasi anak usia 7–12 tahun di Indonesia berkorelasi dengan peningkatan pendapatan saat dewasa sebesar 11 persen. Temuan ini menegaskan bahwa investasi pada keterampilan dasar memiliki dampak ekonomi jangka panjang yang signifikan.

