SASARPUA.com – Jakarta – Tuduhan Rachmawati Soekarnoputri kepada Ketua Umum PDIP yang juga Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dinilai di luar konteks dan kurang elok. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyayangkan berbagai tuduhan yang dilontarkan Rachma kepada Megawati Soekarnoputri.
“Ibu Rachma sering membuat pernyataan yang kurang simpatik. Rakyat juga mencatat bagaimana Ibu Rachma sendiri sering tidak tepat di dalam memahami harapan rakyat terhadap sosok pemimpin bangsa,” ujar Hasto melalui layanan pesan ke media, Rabu (15/05/2019).
Lantas Hasto mencontohkan naiknya Joko Widodo dari wali kota di Surakarta, menjadi gubernur di DKI Jakarta, hingga akhirnya menjadi Presiden RI. Menurut Hasto, berbagai kemenangan Jokowi di setiap kontestasi adalah cermin kedaulatan rakyat.
Terkait itu, Hasto menyayangkan pernyataan Rachma yang menyebut Megawati biang makar karena menggulingkan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dari kursi kepresidenan. Menurutnya, saat Gus Dur menjadi presiden dan Megawati sebagai wakilnya, Indonesia menghadapi krisis multidimensi, termasuk ancaman disintegrasi.
“Pak Amien Rais (ketua MPR 1999-2004, red) sangat paham terhadap apa yang terjadi. Lalu apa yang dilakukan Ibu Rachma saat itu? Praktis tidak ada. Akhirnya, semua krisis bisa diselesaikan dengan baik karena Ibu Megawati taat konstitusi dan menjalankan tugas pemerintahan sesuai dengan kebijakan MPR. Sebab saat itu kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara,” kata dia.
Lebih lanjut Hasto menjelaskan soal dualisme kepemimpinan di Polri pada era 2000-2001. Menurutnya, dualisme di Polri karena ada kubu Suroyo Bimantoro dan Chairuddin Ismail akhirnya berakhir ketika Megawati naik menjadi Presiden Kelima RI.
Kata Hasto, Megawati mengukuhkan kembali Bimantara sebagai Kapolri. “Soliditas Polri sangatlah penting di dalam menciptakan rasa aman dan ketentraman masyarakat, terlebih menghadapi situasi politik saat itu seperti konflik di Maluku,” kata Hasto.
Hasto menegaskan, tuduhan Rachma itu soal Megawati melakukan pembangkangan terhadap Gus Dur tidak terbukti. Hasto menegaskan, Megawati semasa menjadi wakil presiden tidak pernah mengeluarkan perintah melantik Kapolri karena memang tak memiliki kewengan untuk itu.
“Langkah yang paling bijak, sebaiknya Ibu Rachmawati melihat ke dalam, melakukan autokritik, daripada memperkeruh suasana. Ucapan Ibu Rachma kurang pas. Kasihan Beliau tidak melihat persoalan bangsa dengan jernih. Selama ini rakyat juga mencatat, bagaimana pandangan politik Ibu Rachma selalu tidak tepat,” papar dia.
Keduanya adalah putri Proklamator RI Bung Karno dan Ibu Fatmawati. Megawati dan Rachma merupakan saudara kandung.
Tetai, keduanya berbeda secara politik. Rachma yang kini menjadi petinggi Partai Gerindra sering menyerang Megawati ataupun pemerintahan Presiden Jokowi.(as-sumber.jpnn)