asarpua.com

AS Siap Dukung Pembangunan Infrastruktur Kota Medan

ASARPUA.com – Medan – Amerika Serikat  (AS) menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di Kota Medan. Selain sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, ibukota Provinsi Sumatera Utara itu juga saat ini membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk menunjang mobilitas warganya. Oleh karenanya AS siap untuk mendatangkan investor yang siap mendukung pembangunan infrastruktur di Kota Medan.

Ketertarikan AS berinvestasi di Kota Medan disampaikan langsung oleh Joshua Lustig selaku Sekretaris II Bagian Ekonomi Kedutaan Besar AS ketika diterima Walikota Medan Dzulmi Eldin diwakili Sekda Kota Medan Wirya Alrahman di Balai Kota Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan, Kamis (20/12/2018).

Datang bersama seorang rekannya Nathan Austin, Joshua mengaku pemerintah AS sangat tertarik untuk berinvestasi di sejumlah kota di Indonesia, salah satunya Kota Medan. Dikatakannya, mobilitas warga Kota Medan sangat tinggi dan kini sedang fokus membangun infrastruktur guna menunjang mobilitas warganya tersebut.  “Jadi ini kesempatan baik bagi kami untuk berinvestasi di kota ini,” kata Joshua.

Sekda Kota Meda menyambut baik kedatangan Sekretaris II Bagian Ekonomi Kedutaan Besar AS tersebut. Apalagi kedatangan mereka untuk menawarkan sejumlah kerjasama yang saat ini tengah dibutuhkan Kota Medan guna mendukung percepatan pembangunan.

Terkait bidang infrastrukur, Sekda menyampaikan rencana pembangunan 3 fly over di Kota Medan guna mengurai kemacetan sekaligus mendukung kelacaran transportasi di Jalan Aksara, Jalan Asrama dan Jalan Pinang Baris. Dengan kehadiran ketiga fly over itu nanti mampu mengatasi kemacetan karena saat ini Kota Medan memiliki 2.5 juta penduduk dengan arus komuter sekitar 500 ribu

Pemko Medan juga terus berupaya membangun infrastruktur untuk mendukung dan menampung arus kendaraan yang kian hari terus bertambah. Salah satunya dengan membangun LRT (Light Rail Transit) dan BRT (Bus Rapid Transit). Namun pembangunan LRT dan BRT masih terkendala biaya karena estimasi biaya yang dibutuhkan sangat tinggi yakni sekitar Rp. 13 triliun. (as-01)