asarpua.com

Destinasi Wisata Kampung Batik Semarang, Masih Perlu “Berbenah”

ASARPUA.com – Semarang – Sebelumnya tempat ini gelap dan sepi. Tindak kriminal merajalela ada rampok, maling hingga pembunuhan. Pelakunya bukan orang sini melainkan dari luar. Kondisi lingkungan yang tidak aman membuat warga resah dan berusaha mengubah image lingkungan kumuh dan kriminal ini menjadi lebih baik. Pada Desember 2016 warga berinisiatif secara swadaya membuat agar lingkungan menjadi terang benderang dan dinding-dinding rumah kita mural (lukis) dengan motif batik. Begitu kata Dwi Christianto, Ketua RT. 04/RW II, Kampung Batik Tengah, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Timur, Kota Semarang menyambut kedatangan  rombongan Humas dan Wartawan Unit Pemko Medan, Rabu (28/11/2018) siang.

Awalnya hanya beberapa warga saja, namun konsep melukis rumah dengan motif-motif batik di Kampung Batik Tengah, RT. 04 RW. II selanjutnya ditiru oleh RR/RW lainnya, terangnya.

Seiring berjalannya waktu pembenahan lingkungan yang dilakukan warga gaungnya menembus Balaikota Semarang. Apa yang awalnya menjadi inisiatif warga ternyata baik di mata Pemko Semarang sehingga, bantuanpun mengalir menyentuh penataan Kampung Batik Tengah. Jalan-jalan yang sebelumnya digenangi banjir, dibangun dan ditinggikan melalui dana APBD yang digelontorkan Pemko Semarang untuk menjadikan Kampung Batik sebagai destinasi wisata “wajib” bagi wisatawan mancanegara maupun lokal.

“Pembenahan ini seluruhnya belum selesai dan kita masih terus berbenah, ditata sedemikian rupa sehingga satu masa bisa menjadi salah satu ikon wisata Kota Semarang. Pembenahan ini membutuhkan dana besar maka kita juga membuat kotak sumbangan ikhlas. meski sudah ada bantuan CSR PLN, namun tidak banyak. Jadi saat ini kita mengandalkan kotak sumbangan dari pengunjung,” katanya.

Melukis rumah dengan konsep batik disetiap rumah warga maupun tembok tembok pembatas dikawasan yang dihuni 25 kepala Keluarga (KK) ini membuat Pemko Semarang menjadikan kawasan ini sebagai Kampung Tematik, yakni kampung yang bertema dengan julukan “Kampung Batik” dan kini masuk daftar kunjungan “wajib”para wisatawan.

Rombongan Studi Komperatif Wartawan dan Humas Pemko Medan ke Pemkot Semarang sedang disalah satu spot Kampung Batik. (Foto. ASARPUA.com/handover)

Dampaknya, pendapatan warga meningkat. Selain menjual batik, souvenir, ada juga warga yang membuka pelatihan membatik untuk segala tingkatan usia. Kampung kumuh yang identik dengan tindak kriminal inipun kini cantik dan menawan.

Hanya sedikit kritik barangkali untuk Pemko Semarang cq Dinas Pariwisata atau dinas terkait idealnya kenderaan bermotor roda dua maupun roda empat tidak diizinkan masuk lokasi, artinya pengunjung semua didrop mulut jalan persisnya di plang bertuliskan Kampung Batik. Hal ini selain untuk menghindari ketidak nyamanan pengunjung mengingat jalan yang agak sempit untuk “way out and in” juga sekaligus menawarkan kepada para wisatawan lokal dan mancanegera yang sedang berkunjung ke lokasi Kampung Batik dapat menikmati hasil kreatifitas seni corak batik yang tertuang di dinding rumah dan tembok tembok pembatas dengan berjalan kaki dari ujung hingga akhir.

Selanjutnya perlu penambahan kios tempat penjualan batik sebagai souvenir khas Kampung Batik. Masak Kampung Batik yang jualan batik hanya satu dua. Harganya juga terlalu mahal, Nande, penulis tak sanggup beli. Namun barangkali seperti penuturan Ketua RT. 04/RW II Dwi Christianto, Kampung Batik masih dalam penataan dan pembenahan berkelanjutan. Semoga dikunjungan mendatang, Kampung Batik mampu meninggalkan kesan yang “agak manis” untuk penulis. Pun demikian apapun ceritanya penulis tetap salut dengan kreafitas warga dan kepedulian Pemkot Semarang untuk bersama sama menjadikan daerah ini destinasi wisata. Karena ini bukan sekedar kreatifitas seni yang melahirkan objek wisata baru, tapi ada warisan cagar budaya di sana “batik dan membatik”.

Dalam kesempatan itu Kabag Humas Pemko Medan Ridho Nasution yang diwakili Kasubbag Pemberitaan Humas Pemko Medan, Hendra Tarigan S.Sos mengapresiasi Kampung Batik yang tercipta atas sinergitas warga dengan pemerintah kota yang sangat ideal sehingga mendatangkan income bagi warganya dan Pemko Semarang dalam memajukan wisata sekaligus melestarikan warisan budaya batik.

“Semoga Pemko Medan juga dapat mengadopsi hal-hal baik yang ada di Kampung Batik ini khususnya tentang sinergitas warga dan pemerintah yang mendatangkan mafaat bagi warga juga pemko,” kata Hendra Tarigan. (as-01)

Related News

59 Tahun Eldin Menggema di Arena Apeksi Semarang

Redaksi

Mendagri Buka Rakernas XIV APEKSI 2019 Di Semarang

Redaksi

Wisata Kampung Pelangi Semarang Ternyata tak Seindah Pelangi

Redaksi