ASARPUA.com – Medan – Di hari ketujuh bulan suci Ramadhan 1445 H, TP PKK Kota Medan menggelar pengajian di Gedung Serbaguna TP PKK Kota Medan, Senin (18/03/2024). Selain mempererat tali silaturahmi, pengajian diharapkan dapat menambah ilmu tentang agama sekaligus meningkatkan rasa keimanan seluruh kader.
Selain Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu, pengajian yang rutin digelar setiap bulan Ramadhan ini tiba, juga dihadiri Ketua I Bidang Pembinaan Karakter dan Keluarga Ismiralda beserta pengurus lainnya.
Kahiyang Ayu beserta seluruh pengurus dan kader TP PKK Kota Medan selanjutnya mengikuti pengajian sekaligus mendengarkan tausiah yang disampaikan Ustad Muhammad Nursyam.
Dalam tausiahnya, Nursyam yang juga Ketua Baznas Kota Medan menyampaikan tentang hikmah dan keutamaan berpuasa selama bulan Ramadhan. Dikatakannya, selama 30 hari puasa di bulan Ramadhan, ada 3 (tiga) fase yang dilalui yang dibagi dalam 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga.
Dimana, jelas Nursyam, masing – masing fase mempunyai banyak keutamaannya. Di fase 10 hari pertama ini, ungkapnya, disebut dengan rahmat. Fase ini merupakan peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari subuh hingga magrib.
Kemudian, kata Nursyam, 10 hari kedua disebut maghfiroh (ampunan). Maghfiroh ini, ujarnya, diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT.
Sedangkan 10 hari akhir Ramadhan, lanjut Nursyam, sebagai fase pembebasan dari api neraka. “Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan dan mencurahkan daya maupun upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini,” kata Nursyam.
Di penghujung tausiahnya, Nursyam mengajak semua untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bulan suci Ramadhan yang penuh rahmat, berkah dan kemuliaan ini guna beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Puasa tidak hanya menahan diri dari hawa nafsu. Namun juga menahan pikiran, hati dan panca indra dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa,” pungkasnya. (Asarpua)