asarpua.com

Lapangan Merdeka, Awal Mula Kota Medan

Oleh: Ketua Komunitas Penulis Kota Medan

Beberapa bulan terakhir ini Lapangan Merdeka Medan kembali ramai diperbincangkan berbagai kalangan terkait upaya pengembalian fungsi sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kota. Ditataran elit warga kota ini termasuk Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi, Anggota Dewan, para pecinta lingkungan dan Komunitas Penulis Kota Medan (KPM) hingga warga biasa para penikmat kopi mendukung Pemerintah Kota (Pemko) untuk mengembalikan Lapangan Merdeka ke fungsi awal sebagai RTH untuk publik dan tempat berlangsungnya upacara-upacara kenegaraan tingkat Provinsi Sumatera Utara (Provsu)

Intinya meminta dan mendukung Pemko Medan ‘melepaskan’ Lapangan Merdeka dari jerat gerai-gerai kuliner di sisi bagian Barat dan bangunan tempat parkir di bagian Timur sehingga murni sebagai RTH tempat publik brinteraksi dengan suasana asri di pusat kota.

Mengaminkan kerinduan dan harapan masyarakat, kalau berkenan sedikit mereview tentang sejarah Lapangan Merdeka Medan pada zaman Belanda bernama Esplanade, bisa disebut sebagai landmark- nya Kota Medan. Letaknya berada tepat di jantung Kota Medan sejak dulu berfungsi sebagai ruang terbuka hijau untuk publik. Satu hal yang paling menarik terkait Lapangan Merdeka bahwa dari sinilah bagian awal terbentuknya Kuta Madan – bahasa Karo (Kota Medan). Lapangan Merdeka sebagai titik nol nya Kota Medan memiliki nilai sejarah permulaaan kota ini sebagai daerah perkebunan dengan Tembakau Deli yang termashyur itu.

Dari sinilah lahirnya Kesain Madan. Kesain – bahasa Karo adalah halaman, ini adalah wajah Kuta Madan. Lalu karena artikulasi masyarakat akhirnya Kesain Madan berubah menjadi Kesawan Medan dan Kuta Madan menjadi Kota Medan. Kuta Madan (Kota Medan) didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi tahun 1590. Kemudian Kesain (Kesawan) berkembang dengan berdirinya gedung gedung perkantoran dan rumah disekitar kawasan Lapangan Merdeka, dulu menjadi tempat pertemuan para pedagang dan menjadikannya sebagai daerah persinggahan, sehingga kawasan ini terbentuk dengan sendirinya sesuai perkembangan zaman.

Bangunan-bangunan yang ada di daerah Kesain (Kesawan) sampai saat ini merupakan ceritera masa lalu yang bisa diangkat kembali untuk dijadikan identitas Kota Medan. Di Lapangan Merdeka ini juga pernah berdiri bangunan Balai Adat Masyarakat Karo berupa Geriten atau biasa juga disebut Jambur tempat runggu (rapat).

Sekarang dalam gempuran dunia industri dan modernisasi Medan sebagai kota metropolitan dan berimbas bagi Lapangan Merdeka. Selanjutnya sekitar tahun 2005 seiring perkembangan kota di sisi Barat Lapangan Merdeka atas nama keindahan kota dan mengembangkan kuliner lokal, dibangun gerai-gerai kuliner Barat, Asia dan lokal yang disebut pusat jajanan kota bernama Merdeka Walk. Sekelebat tampak gerai-gerai kuliner ini kian menggenjot kegermelapan dan keramaian kota namun ada bagian yang dikorbankan.

Menyusul di sisi sebelah Timur, Pemko Medan membangun areal parkir, katanya sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk Stasiun Kereta Api.

Dengan keberadaan kedua bangunan ini terlihat Lapangan Merdeka semakin terhimpit, menyempit dan terkesan kumuh ‘tak layak’ disebut Lapangan Merdeka sebagai ruang publik yang sehat. Lapangan Merdeka kian jauh meninggalkan fungsi dan riwayatnya.

Sebagai wartawan yang sempat menikmati hijaunya Lapangan Merdeka sejak 1988. Dan sedikitbanyaknya mengetahui bagaimana gejolak pro kontra dari berbagai elemen masyarakat saat pertama kali Pemko Medan menggulirkan wacana pembangunan gerai kuliner di sisi Barat Lapangan Merdeka. Itu terjadi pada tahun 2005 dengan perjanjian kontrak selama 25 tahun.

Lalu, entah karena apa kontra meredup, pro berjaya, hingga akhirnya berdirilah deretan bangunan permanen (yang katanya dulu hanya berupa tenda-tenda parasut) sebagai pusat bisnis kuliner di sisi Barat Lapangan Merdeka bernama Merdeka Walk.

Pun demikian warga Kota Medan setiap sore masih suka berolah raga di Lapangan Merdeka. Di sini terdapat bermacam fasilitas alat spot yang disediakan Pemko Medan meski tak semua berfungsi baik tapi bisalah itu jadi pajangan dari pada tak ada yang ditengok tengok. Juga tak dipungkiri satu dua wisatawan mancanegara dan para komunitas studi masih terlihat mengunjungi Lapangan Merdeka. (Tulisan ini bagian dari Napak Tilas 429 Tahun Kota Medan didirikan Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada 1 Juli 1590, “Jaya makmur Kota Medan, Bangkitlah Putra Putri Guru Patimpus)

Related News

Bobby Nasution Kumpulkan Camat, Lurah, Kepling, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas se-Kota Medan Jelang Pemilu

Redaksi

Jelang Ramadan, Wagub Ziarah ke Makam Kakek

Redaksi

Sekda Ikuti Vidcon Penanganan Kepulangan TKI dan Pendistribusian Bansos

Redaksi