ASARPUA.com – Medan – Grafik pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara saat ini terbilang melemah. Akan tetapi secara global, pertumbuhannya terbilang tertinggi ke 4 di antara provinsi yang berada di Pulau Sumatera, diantaranya Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Provinsi Lampung.
Di mana berdasarkan realisasi pertumbuhan quartel ke 3 tahun 2019 secara keselutuhan, untuk Provinsi Aceh pertumbuhan ekonominya 3,76 %, Provinsi Sumut 5,11 %, Provinsi Riau 2,74 %. Sumbar 5,16 %, Provinsi Bengkulu hanya 4,94 %, lalu Lampung 5,16 %, Jambi 4,31 persen, Provinsi Sumsel 5,67 % dan Bangka Belitung hanya 3,05 % serta Kepulauan Riau 4,89 %.
“Pertumbuhan perekonomian Sumut tumbuh melambat pada triwulan III tahun 2019, hanya mencapai 5,11 % lebih rendah dari triwulan sebelumnya 5,25 %. Meskipun demikian, pencapaian tersebut masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan Sumatera”, terang KPW Provinsi Sumatera Utara Bank Indonesi Wiwiek Sisto Widayat saat bincang bareng Media di Doffee Coofee Jl.T.Amir Hamzah Medan, Rabu(6/11/2019).
Lebih lanjut Wiwiek menyampaikan, “Lambatnya pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh kontraksi dari sisi ekspor, terutama ekspor antar daerah yang sejalan dengan penurunan lapangan usaha pertanian yang diindikasikan dipengaruhi oleh dampak kemarau panjang,” jelasnya
Selain itu konsumsi pemerintah juga tumbuh melambat sejalan dengan normalisasi belanja operasional pemerintah. Namun demikian, perekonomian masih ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga yang didorong oleh tingginya belanja masyarakat pada masa liburan sekolah, serta biaya pendidikan untuk tahun ajaran baru.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BI Perwakilan Wilayah Provinsi Sumut ini juga menyebutkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi di Sumut tahun 2019 mengalami kenaikkan. Yang mana untuk tahun 2019 secara keseluruhan ekonomi Sumatera Utara diprakirakan akan tumbuh menguat dibanding 2018 lalu, yang didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah, investasi serta berkurangnya tekanan impor luar negeri. Sedangkan pada sisi lapangan usaha, pertumbuhan didorong oleh pertanian dan konstruksi.
“Faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi tersebut diantaranya konsumsi pemerintah yaitu, penyerapan anggaran lebih baik untuk program peningkatan kualitas tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, pertanian, pariwisata serta peningkatan anggaran transfer, dana desa, serta bantuan sosial dari pusat. Lalu faktor impor luar negeri yakni impor barang modal dan bahan baku turun seiring dengan penurunan kinerja investasi dan lapangan usaha industri pengolahan akibat pelemahan kinerja ekonomi mitra dagang utama. Kemudian faktor pertanian, kondisi cuaca yang kondusif serta dampak positif dari program Pemda di bidang pertanian. Konstruksi yakni terus bergulirnya proyek-proyek multiyears seperti jalan tol, pembangkit listrik, gedung perkantoran, pertokoan dan sebagainya, “ urai Wiwiek.(as-14)