Catatan: Ir Jonathan Tarigan
Petani hortikultura di sekitar Berastagi – Karo – Sumut- sangat familiar bertani tanaman ‘capcai’ istilah untuk tanaman sayuran yang bermacam-macam seperti daun sop, seledri , daun bawang prei , dan sejenis itu yang rentan terhadap panas matahari dan waktu, karena jika layu bisa sangat jatuh harganya atau bahkan tidak laku dijual.. Itulah sebabnya para pedagang ‘capcai’ melangsir komoditi nya itu pada hampir tengah atau lewat tengah malam agar dapat tiba di pasar sayur mayur di kota Medan pada subuh hari.
Jika terjadi kemacetan lalulintas utamanya karena ada truk atau mobil tanki atau tronton terbalik melintang jalan entah itu di tikungan Amoi atau di tikungan Tirtanadi atau pada titik2 lainnya yang bisa menimbulkan kemacetan lalulintas belasan jam atau beberapa hari akan sangat merugikan petani pedagang capcai.
Jalan alternatif tentu diperlukan untuk antisipasai “force majeure” yg menyebabkan kemacetan lalulintas Berastagi – Medan sedemikian itu.
Ada 2 (dua) jalur yang realistis untuk dibangun, pertama Jalur – Tongkoh – Cingkam/Silangge-langge-Martelu dan lanjut ke jalan kabupaten ( Deliserdang) melintasi Penen- Sibiru-biru-Delitua dan tiba di Medan dan jalur kedua adalah dari Jaranguda ( Berastagi ) – Sumbeiken – Tanduk Benua – Kutalimbaru- Tuntungan – Medan.
Pembangunan jalan 2 ( dua ) jalur alternatif akan sangat membantu baik para petani pedagang capcai , pengguna jalan yg lain dan juga jalan alternatif ini dipastikan akan menghidupkan perekonomian kawasan perdesaan yang dilintasinya.