ASARPUA.com – Medan – Biro Humas dan Keprotokolan Sumatera Utara (Sumut) meluncurkan buku Bunga Rampai Pers Sumatera Utara: Dari Zaman Kolonial Hingga Millenial, Senin (23/12/2020), di Ruang Pers, Kantor Gubsu, Jalan Diponegoro, 30, Medan. Buku 353 halaman ini menambah khasanah referensi tentang sejarah pers Sumut dan membangkitkan semangat pers di tengah kelesuan bisnis media.
Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Hendra Dermawan Siregar mengatakan, buku ini merupakan catatan dari perjalanan pers di Sumut, mulai dari masa kolonial hingga milenial. Diharapkan kehadiran buku tersebut dapat membangkitkan semangat wartawan untuk bekerja lebih baik.
“Di buku ini banyak tokoh-tokoh pers Sumut yang patut untuk menjadi panutan, semangat mereka untuk membangun negara ini, mengabdi kepada masyarakat. Saya harap buku ini bisa memotivasi teman-teman wartawan dan memberikan informasi bahwa di Sumut ini lahir pers yang memberikan kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan,” kata Hendra.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumut Hermansjah mengatakan, buku ini terbit setelah beberapa tahun terakhir sangat sedikit buku yang membahas soal pers di Sumut. Padahal menurutnya Sumut memiliki pers yang punya andil besar untuk kemerdekaan Indonesia.
“Kita harus mengapresiasi buku ini, buku ini karena terbit di tengah kekeringan buku soal pers di Sumut, padahal kita tidak kurang sumber daya penulis dan sejarah. Sumut punya sejarah yang sangat kuat soal pers, Sumut cikal bakal lahirnya pers nasional dan buku ini harusnya bisa memotivasi kita untuk berkarya,” kata Hermasjah.
Selain untuk memotivasi menelurkan buku soal pers, Hermansjah juga berharap buku ini bisa menjadi referensi pelaku-pelaku media untuk menghadapi industri 4.0. “Semakin ke sini media cetak semakin sulit, kita bisa katakan memasuki era senja kala. Tetapi, kita tentu tak mau media cetak hanya tinggal sejarah dan untuk itu perlu inovasi juga dalam hal manajemen dan juga wartawannya sendiri,” kata Hermasjah yang juga menyumbang tulisan untuk buku ini.
Dewan Kehormatan PWI Sumut Nurhalim Tanjung menambahkan, industri 4.0 tidak hanya berdampak pada media cetak, tetapi juga radio dan televisi. Menurut Nurhalim yang juga redaktur Harian Analisa, media cetak yang tetap memakai cara tradisional dalam pengelolaannya, maka kemungkinan untuk mati akan sangat besar. “Bukan hanya media cetak yang mendapat ancaman saat ini, tetapi juga radio dan televisi. Kita butuh optimalisasi dan inovasi dalam pengelolaan media, bila masih kelola secara tradisional kemungkinan media cetak mati akan sangat besar,” katanya.
Menurut Kabag Pelayanan Media dan Informasi Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Harvina Zuhra yang menjadi editor Bunga Rampai Pers Sumut: Dari Zaman Kolonial Hingga Millenial ide pembuatan buku ini muncul usai Biro Humas dan Keprotokolan Sumut sukses mengadakan pameran Satu Abad Pers Sumut bekerja sama dengan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan (Pusis Unimed). Selain juga didorong karena minimnya penerbitan buku tentang pers di Sumut beberapa tahun terakhir.
“Idenya muncul setelah Biro Humas dan Keprotokolan sukses mengadakan pameran Satu Abad Pers Sumut. Selain itu juga karena minimnya penerbitan tentang pers Sumut beberapa tahun terakhir, jadi harapannya tentu buku ini menjadi oase di tengah kekeringan tersebut,” kata Harvina Zuhra.
Ketua AJI Medan Liston Damanik menganggap buku ini menjadi referensi bagi pelaku-pelaku media saat ini, belajar kembali dari tokoh-tokoh pers terdahulu yang perjuangannya sangat besar untuk pers Indonesia. “Di tengah tantangan berat bagi media-media konvensional di era 4.0 buku ini bisa menjadi referensi kita menghadapinya. Banyak tokoh-tokoh pers Sumut yang luar biasa di dalam buku ini, kita bisa belajar dari mereka. Bagaimana semangat mereka, perjuangan mereka di era yang sangat sulit dahulu. Kita bisa belajar dari semangat mereka,” katanya.
Sejarawan dari Unimed Ichwan Azhari merasa buku ini akan menjadi satu sumber referensi sejarah yang sangat berharga karena didalamnya terdapat informasi-informasi yang mungkin tidak banyak diketahui masyarakat saat ini. “Ini akan menjadi salah satu referensi sejarah , terutama untuk pers di Sumut. Banyak di dalam buku ini yang orang-orang tidak tahu, padahal Sumut punya sejarah pers yang begitu hebat, cakupannya tidak hanya Sumut, tetapi Indonesia. Ini perlu diketahui masyarakat kita,” kata Ichwan. (Asarpua)